کالاونگ پلاس

۱۸ فروردین ۱۴۰۴ 37 بازدید

Pada awal Desember 2024, situasi politik di Georgia memanas akibat tindakan aparat keamanan yang menggerebek kantor-kantor partai oposisi dan menahan beberapa pemimpin mereka. Aksi ini terjadi di tengah protes besar yang menolak hasil pemilu dan menuntut integrasi lebih lanjut dengan Uni Eropa.

Polisi Georgia melakukan penggeledahan di kantor-kantor partai oposisi, termasuk Koalisi link alternatif trisula88 Perubahan, Droa, Girchi, dan Gerakan Persatuan Nasional yang didirikan oleh mantan Presiden Mikheil Saakashvili. Nika Gvaramia, pemimpin Koalisi Perubahan dan pendiri saluran TV Mtavari, ditangkap bersama aktivis Gela Khasaya. Selama penangkapannya, Gvaramia dilaporkan dipukuli oleh polisi.

Tindakan ini memicu kecaman dari berbagai pihak. Komisi Helsinki, sebuah organisasi hak asasi manusia Eropa, menilai bahwa pemerintah Georgia meniru taktik otoriter Rusia dengan menargetkan aktivis dan anggota partai oposisi. Mereka mendesak Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Georgia yang terlibat dalam penggerebekan dan penangkapan tersebut.

Protes yang memicu tindakan keras ini bermula pada 28 November 2024, setelah pemerintah Georgia menunda negosiasi aksesi ke Uni Eropa hingga akhir 2028. Demonstrasi berlangsung di berbagai kota, dengan puncaknya di ibu kota Tbilisi, di mana pengunjuk rasa memblokir jalan utama dan berkumpul di depan gedung parlemen. Bentrokan antara demonstran dan polisi tidak terhindarkan, mengakibatkan ratusan orang terluka dan ditahan.

Pemerintah Georgia menanggapi protes dengan keras, menyebutnya sebagai upaya kudeta yang gagal. Perdana Menteri Irakli Kobakhidze menuduh tokoh politik oposisi dan organisasi non-pemerintah berperan dalam menghasut demonstrasi, dan menegaskan bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka.

Sementara itu, masyarakat internasional terus mengawasi perkembangan di Georgia. Uni Eropa mengekspresikan keprihatinan atas situasi tersebut, dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menekankan bahwa rakyat Georgia menginginkan masa depan Eropa bagi negara mereka. Dia mendesak pemerintah Georgia untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah yang dapat merusak hubungan dengan Uni Eropa.

Situasi di Georgia tetap tegang, dengan protes yang terus berlanjut dan ketidakpastian politik yang tinggi. Penting bagi masyarakat internasional untuk terus memantau perkembangan ini dan mendukung upaya-upaya menuju penyelesaian damai serta demokratis.

اشتراک گذاری

مطالب مرتبط

دیدگاهی بنویسید

نشانی ایمیل شما منتشر نخواهد شد. بخش‌های موردنیاز علامت‌گذاری شده‌اند *